Bulan April 2019 telah tiba, sebagian anak sekolah sibuk mempersiapkan Ujian Nasional. Tak terkecuali anak usia Sekolah Dasar.
Anak-anak bantaran kali Code Kotabaru-pun tak ketinggalan, ikut meramaikan Ujian Nasional SD dengan cara mereka sendiri. Ya! Liburan!
UN bagi anak-anak dibawah kelas 6 tentu sangat menggembirakan, setidaknya mereka bisa libur sekolah dari hari Minggu sampai Kamis.
Sore itu, selepas ngaji bersama di Hari Jumat anak-anak bercengkerama hingga timbul ide untuk ngpain di libur UN.
“Mas, ayok dolan (Mas Yok Main) kita sedang liburan UN!” Natjwa mengajak dengan penuh semangat.
Setelah berunding akhirnya ditentukanlah hari Selasa pagi kita akan bersepda menuju selatan. Aku menjanjikan untuk berangkat pagi supaya tidak panas.
“Jadi hari Selasa ya! Jam 05.30 WIB kita berangkat.” Aku menginformasikan kepada anak-anak yang berada di sanggar Belajar.
“Yo Mas! Siap, nanti pokoknya gausah saling menghampiri di rumah, langsung ketemu aja” Dzaky dengan penuh antusias mengajak kawan yang lain.
Setelah tiba hari H, aku sudah bersiap-siap dari Terban jam 05.15 WIB. Dengan mantap aku mengayuh sepeda ke Code. Kenapa aku mantap? Ya, karena janjian dengan anak-anak jauh lebih bisa diandalkan daripada janjian dengan kebanyakan orang dewasa. Bahkan menurut kabar orang tua Kanaya, kanaya sudah siap sejak setengah lima pagi saking antusiasnya mengikuti kegiatan ini.
Dan benar, apa yang aku duga. Pukul 05.30 WIB anak-anak sudah siap dengan sepeda dan amunisinya. Amunisinya adalah tas kecil, air minum, dan… uang buat jajan (sepertinya sudah jadi amunisi wajib). Sebenarnya aku sudah mengajak untuk membawa bekal makan dari rumah sehingga nanti kita bisa makan bersama di lokasi tujuan. Tetapi tampaknya mereka tidak diizinkan otang tua mereka, barangkali khawatir menambah berat beban bawaan.
Okey, ketika semua sudah siap, kami melakukan briefing dan pemanasan terlebih dahulu secara bersama-sama. Awalnya agak males-males tapi akhirnya mau juga mereka untuk pemanasan.
Dalam kegiatan ini, kami bersepeda beriringan. Dimulai dari yang paling besar, ada Maya disusul oleh Dzakiy, Falen, Chelsea, Natjwa, di belakang ada Sonia yang berboncengan dengan Kanaya.
Hal seru yang aku peroleh adalah ketika menertibkan jiwa anak-anak yang ingin ugal-ugalan di jalan. Sambil jalan dan teriak aku berkata :
“Ayooo satu jalur-satu jalur! Sebelah kiri!”.
Wajah gembira mereka memang tak terelakkan. Namun bagiku yang lebih dari wajah gembira adalah ekspresi jujur mereka. Ketika mereka Gembira, mereka tampakkan ekspresi mereka senatural dan sejujur mungkin. Itulah hal yang jarang kita sebagai orang dewasa petik dari keluguan anak-anak.
Sonia yang tidak memiliki sepeda harus bersusah payah untuk membincengkan Kanaya yang memiliki sepeda. Sebab tubuh Sonia memang lebih besar dari Kanaya. Baru sekitar 500 meter dari tempat Start Sonia sudah mengaduh sambil berhenti sejenak
“Aduh mas, nanti dulu aku capek”.
Kemudian solusinya adalah Kanaya bersepeda sendiri, lalu Sonia berpindah pacuan menggunakan sepeda Falen dan memboncengi Falen yang berdiri di belakang. Meski demikian tidak ada rasa kecewa sedikitpun yang mereka tampakkan. Pokoknya gembira saja, itulah anak-anak. Ikhlas menerima keadaan sambil tetap berjuang mendapatkan apa yang bisa di jangkau.
Setelah sekitar 40 menit perjalanan panjang kami tiba di Alun-alun Kidul Yogyakarta. Matahari yang masih tampak bias menguning, kicau burung yang mulai sedikit jumlahnya serta senyum penjual soto seolah menyambut kedatangan kami. Karena perut terasa lapar, kami mampir ke pedagang Soto untuk bersarapan bersama.
Tak lama berselang sekitar pukul 07.30an, Tasya salah seorang Relawan FAD datang menyusul, barangkali ini adalah pertemuan pertama dengan anak-anak Code setelah beberapa pekan harus istirahat karena sakit.
Kedatanganya disambut macam-macam oleh anak-anak.
“Eh Mbak Koe Sakit opo e mbak?”Tanya Dzaky. “Aku kekeselen (kecapekan) dan perlu istirahat kemaren” jawab Tasya.
Pagi itu ada 3 relawan yang membersamai dalam kegiatan ini, Ada Aku, Ali dan Tasya. Setelah berkumpul di tengah lapangan alun-alun kami bersepakat untuk melakukan meditasi. Dengan meditasi kami berharap dapat menekan ego masing-masing dan menjadikan diri menjadi lebih kalem. Tapi juga tidak mudah mengajak anak-anak ini untuk meditasi, solusinya adalah mengiming-imingi mereka dengan sesuatu hal, barulah mereka mau.
Aku mengiming-iminginya akan kuberikan Es Teh jika mampu ikut meditasi sesuai waktu yang ditentukan. Alhasil, mereka mau mengikutinya. Seelah selesai ekspresi gembira tampak lagi dari mereka.
“Weh… kok jadi biru ya penglihatanku!” kata Falen. “Gimana? Rasanya, tenang? Seneng?”. Tanyaku. Lalu dengan kompak mereka mengakatan “Seneng!”
Setelah dirasa cukup, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka meminta untuk mampir ke Taman Pintar. Dengan segala pertimbangan akhirnya kami mengizinkan untuk mampir ke Taman Pintar untuk sekadar melihat dan merasakan wahana perahu air. Di Taman Pintar mereka sudah tak sesegar pagi tadi, ya tentu karena mereka sudah sedikit lelah.
Meski ketika sebelum sampai Taman Pintar aku tanyakan
“Kalian yakin mau ke Taman Pintar sekarang? Nggak capek”.
Sebagian menjawab dengan penuh rasa girang
“Nggaaak! Aku nggak capek kok mas!”.
Malah Kanaya bilang dengan polosnya
“Aku tuh nggak pernah merasa Capek Kok Mas!”.
Lalu aku jawab saja
“Lha iya, orang kamu lagi seneng, orang kalau seneng banget biasanya lupa diri, paling kamu nanti siang tidur sampai malam”
kemudian Kanaya menghilang tanpa jejak. Setelah asyik di Taman Pintar kami bersama-sama beranjak pulang karena mentari juga semakin meninggi. Melewati Jalan Mataram yang ramai menjadi tantangan bagi mereka, sebab disamping ramai jalan disana juga mengajak. Cukup melelahkan bagi pengayuh sepeda seusia mereka. Belum lagi melewati Jembatan Kewek yang menajak curam.
Sekitar pukul 09.30 WIB kami sudah kembali ke Ledok Code dan berisitrahat. “
Gimana bersepeda Hari ini?”
Aku lemparkan pertanyaan itu sesaat setelah sampai di depan gapura Code. Ada yang bilang,
“Mantap!”, “Mbok Setiap Hari Mas!!” , “Besok lagi mas, kan masih Libur?” dan sebagainya.
Semua itu mereka lalui dengan suka cita, lelah barangkali sudah hal tentu. Tapi, kegembiraan serta kebersamaan menjadi hal yang tak akan bisa dibeli dengan apapun. | (HD)
------------
Kami mulai bersepeda melintasi Jalan Ahamad Jazuli – Jl. Jendral Sudirman – Jl. Margo Utomo – Malioboro – Alun-alun Utara – Alun Selatan.
Penulis : HD
Edit & Publikasi : AM
(Sabtu, 20 April 2019)
Comments